Warta Prokompim – Betawol, cukup, cukup sampai di sini kau mengejarku, Kita tidak mungkin bersama lagi. Rawatlah anak kita, jika dia menangis maka celupkanlah pakaianku di sungai, dan teteskan air perasan ke mulutnya, maka saat itu akan datang menemuinya,” kata Puteri memberi pesan pada Betawol.
Cuplikan dialog antara Puteri dan Betawol dalam kisah rakyat “Asal Mula Dulun Sebuku” itu begitu apik dituturkan oleh Diastri Arifin Dadu, siswa kelas IV SD 007 Nunukan yang mewakili Provinsi Kalimantan Utara dalam Lomba Bertutur Tingkat Nasional Tahun 2021 yang dilaksanakan secara virtual.
Gadis cilik putri pasangan Arifin Sa’ban dan Hermawati itu adalah juara pertama lomba bertutur tingkat Provinsi Kalimantan Utara, sehingga berhak mewakili Provinsi Kaltara untuk bersaing dengan para juara dari 34 provinsi se – Indonesia.
Tidak hanya mampu menyampaikan jalan ceritanya dengan runtut, Diastri juga begitu menghayati cerita rakyat ini. Gestur dan ekspresinya sangat pas dengan alur cerita yang disampaikan. Penampilan Diastri bahkan mendapat pujian dari Tim Juri dalam lomba tersebut.
Penampilan Diastri yang excellent ini merupakan buah dari kerja kerasnya selama ini. Bayangkan, hampir 6 bulan anak bungsu dari tiga bersaudara ini berlatih untuk menghadapi lomba ini.
“Mulai bulan dua (februari) kami sudah mulai latihan di sekolah, hampir tiap hari,” kata Nurhasna, Guru SD 007 Nunukan yang selama ini menjadi pelatihnya.
Nurhasna mengakui Diastri adalah anak yang cerdas dan memiliki bakat yang luar biasa dalam ‘mendongeng’. Setiap kali diadakan lomba bercerita, Diastri pasti keluar sebagai pemenang.
“Sejak kelas 1 sudah kelihatan bakatnya, apalagi anaknya juga sangat percaya diri. Jadi kami yang melatihnya pun ikut semangat,” ujar Nurhasna.
Selain pandai bercerita, kata Nurhasna, Diastri juga pintar dalam pelajaran di sekolah. Sejak kelas I hingga sekarang kelas IV, Diastri selalu meraih juara I. Diastri bahkan pernah mendapat hadiah laptop dari Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura Hafid karena terpilih sebagai siswa berprestasi.
Setelah tampil pada hari ini, Rabu (8/9), Diastri hanya tinggal menunggu pengumuman siapa pemenangnya.
“Kalau melihat penampilanya yang begitu meyakinkan, mudah – mudahan minimal kita bisa masuk tiga besar. Tapi apapun hasilnya kita semua puas dengan penampilanya, kita tunggu saja besok (Kamis, 9/9) pengumumanya,” kata Umboro Hadi Suseno, Plt. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nunukan. Jika berhasil keluar sebagai pemenang, maka bukan tidak mungkin legenda asal mula dulun ini akan semakin dikenal oleh masyarakat.
Kisah tentang Betawol sendiri merupakan cerita rakyat yang berkembang di kalangan suku Tidung, khususnya yang tinggal di wilayah Kecamatan Sebuku.
Konon, Betawol bersama dengan keenam saudaranya pergi berburu di hutan. Namun dalam perjalanan, Betawol terpisah dari saudara – saudaranya tersebut. kisah perjalanan Bentawol selanjutnya mirip dengan cerita Jaka Tarub di Pulau Jawa. Dimana Bentawol mencuri selendang salh satu bidadari yang sedang mandi di sungai, sehingga bidadari tersebut tidak bisa kembali ke kahyangan.
Akhirnya Betawol menikah dengan Puteri, bidadari yang tidak bisa kembali ke kahyangan, sampai akhirnya memiliki anak.
Namun di akhir cerita, sang Puteri pada akhirnya menemukan selendang yang disembunyikan oleh Betawol, dan memutuskan untuk kembali ke Kahyangan. Sang Puteri berpesan agar jika anaknya menangis, maka Betawol disuruh membawa anaknya tersebut ke sungai.
Ternyata benar, Ketika anaknya menangis, dan Betawol membawanya ke tepi sungai, maka Puteri muncul dalam bentuk ombak yang sangat besar. Suku Tidung menyebut ombak tersebut dengan sebutan dulun. Betawol sendiri saat ini diabadikan menjadi nama dermaga di Sebuku.
Fenomena kemunculan dulun di sungai sampai saat ini masih sering terjadi, dan itu merupakan fenomena alam yang sangat unik, karena ombak yang biasanya hanya terjadi di laut, ternyata juga ada di sungai.
Selain di Sungai Sebuku, fenomen serupa dengan dulun hanya dijumpai di Sungai Kampar Kepulauan Riau. Di sana masyarakat menyebutnya sebagai ‘bono’ yang dipercaya juga merupakan perwujudan 7 hantu sungai. (Tim Liputan Komunikasi Pimpinan)