NUNUKAN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan akhir-akhir ini terjadi kelangkaan obat karena dampak dari tunggakan klaim Vendor Penyedia Obat. Kondisi tersebut berdampak kepada pelayanan di RSUD Nunukan yang merugikan masyarakat, terutama masyarakat miskin yang akan berobat.
Menanggapi hal tersebut Ketua DPRD Nunukan Hj. Rahma Leppa sangat menyayangkan sekali melihat kondisi di RSUD Nunukan tersebut, rumah sakit tidak boleh kekurangan obat dan ini suatu kecolongan. Seharusnya rumah sakit tidak boleh kekurangan obat,” katanya.
Dirinya juga mempertanyakan kepada Managemen RSUD untuk menyampaikan alasannya secara transparan tanpa harus ada yang ditutup-tutupi.
“Kita semua yang hadir dikegiatan hearing ingin mendengar alasan atau keterangan dari Managemen RSUD, apa sebabnya, sampaikan secara transparan tanpa harus ada yang ditutup-tutupi,” Tegas Ketua DPC Partai Hanura ini.
Diminta menjelaskan secara terang benderang, H.M Saleh, Sekretaris RSUD Nunukan menjelaskan, bahwa penyebab utama terjadinya kelangkaan obat-obatan di RSUD Nunukan saat ini, diakibatkan masih adanya utang obat-obatan pada vendor yang selama ini belum terbayarkan. Hutang tersebut sejak Tahun 2021, 2022, dan 2023.
Ditambahkannya, bukan hanya hutang obat-obatan yang membabani RSUD saat ini, ada juga hutang lainnya, seperti bangunan, alat kantor, BMHP, BHP dan lainnya sehingga totalnya mencapai Rp 42.287.779.060 dengan rincian tahun 2021 Rp 3,5 Milliar, 2022 Rp 8 Milliar dan tahun 2023 sebesar Rp 30,7 Milliar. Hingga akhir Mei 2024 hutang tersebut baru bisa terbayarkan Rp 17.317.596.362 sehingga tersisa hutang Rp 24.970.182.698.
Meski demikian, yang paling mendesak dan harus segera dibayarkan dalam waktu dekat ini, sekitar Rp 7,2 Milliar baik kepada Vendor penyedia obat-obatan, PMI, dan Penyedia oksigen.
“Kami dapat informasi, Vendor tidak akan menyuplay permintaan kebutuhan obat-obatan jika hutang sebelumnya tidak dibayar, begitu juga PMI dan penyedia oksigen. Mereka tidak akan mensuplay kebutuhan RSUD jika hutang tidak segera dibayarkan,” Papar H.M.Saleh.
Mendengar penjelasan pihak managemen RSUD, Ketua DPRD, beserta para Anggota DPRD yang hadir merasa heran, karena baru mengetahui jika selama ini pihak RSUD memiliki hutang pada pihak ketiga.
“Kenapa baru sekarang dimunculkan hutang-hutang ini yang terjadi sejak 2021 hingga kini, padahal dipastikan kalau tiap tahun pihak Managemen RSUD selalu rapat pembahasan program kerja termasuk anggaran, dengan Komisi III dan Banggar DPRD,” Kesal Hj. Rahma Leppa mempertanyakan dengan penuh keheranan.
Kepala Dinas Kesehatan yang juga Anggota Dewas Managemen RSUD Nunukan, Hj. Miskia juga ikut merasa kaget dan heran, karena selama ini laporan yang diterima dari Managemen RSUD terkait pengelolaan BLUD selalu balance, dan tidak tampak adanya hutang yang menumpuk selam tiga tahun.
“Selaku Dewas baru juga dapat keterangan adanya hutang yang menumpuk, selama ini laporan yang kami terima pengelolaan penerimaan dan pengeluaran keuangan RSUD Nunukan selalu Balance,” terangnya.
Dijelaskan pula bahwa di tahun 2024 ini pengelolaan Managemen RSUD dihuni oleh wajah-wajah baru, bahkan hampir semua managemen lama berganti.
“Kita mengapresiasi managemen saat ini yang lebih baik dari sebelumnya karena mau transparan dan terbuka dalam hal pengeloaan keuangan RSUD ini,” tambahnya.
Setelah mendengar penjelasan baik dari managemen RSUD Nunukan maupun Dewas, Hj. Rahma Leppa kembali menegaskan Pihak RSUD Nunukan harus secepatnya mencari solusi kekurangan obat tersebut karena menyangkut nyawa orang, kurang penanganan obat bisa orang meninggal dunia. Lebih penting masalah obat di RUSD Nunukan dari pada membangun gedung.
“Kalau terlambat membangun suatu gedung tidak akan ada orang yang meninggal dunia,” Terangnya lagi.
Dirinya juga berharap kepada Direktur RSUD Nunukan yang baru beserta jajarannya agar bisa mengambil kebijakan untuk mengatasi apa yang terjadi sekarang ini di RSUD Nunukan. Hal tersebut menyangkut nyawa manusia, karena menyangkut ketersedian obat di RSUD dan ini sangat penting dan tidak bisa diabaikan begitu saja.
Sementara itu Ketua Komisi III DPRD Nunukan, Hamsing, meminta pemerintah daerah segera mencari solusi guna membenahi kelangkaan obat yang terjadi di RSUD Nunukan dan menjadi topik hangat dalam RDP kali ini.
“intinya kami di DPRD menginginkan agar segera ditangani dan dibenahi apapun yang menjadi permasalahan,” tegasnya.
Dia tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua tenaga medis dan tenaga kesehatan yang telah mengabdi untuk kesehatan masyarakat Kabupaten Nunukan selama ini.
Sebelumnya diberitakan Anggota DPRD Nunukan melakukan Sidak di RSUD Nunukan, akibat tenaga kebersihan RSUD Nunukan lakukan mogok kerja karena tiga bulan belum menerima upah kerja mereka. Saat Sidak itu pula didapati stok berbagai jenis obat kosong. Kondisi ini menjadi atensi Anggota DPRD yang melakukan Sidak dan ingin mendapatkan penjelasan melalui RDP yang dilaksakan pada Rabu, (5/6/20024).
Hal ini disoroti para Anggota DPRD dikarenakan adanya laporan terkait kekurangan obat-obatan di RSUD. Mereka pada umumnya berpendapat agar kekurangan obat, darah dan oksigen ini segera mendapatkan solusi. Hal ini sangat rawan sebab menyangkut pelayanan kesehatan, masalah kekurangan obat tentunya tidak harus terjadi, apalagi ini soal kemanusiaan, Pemerintah berkewajiban memberikan layanan kesehatan dengan berbagai fasilitas sebaliknya masyarakat berhak mendapatkan layanan kesehatan yang optimal.
DPRD juga minta kepada Kabid Anggaran DPKAD H. Hamid Geroda, yang turut hadir dalam RDP ini untuk mencari solusi terkait suntikan dana guna membayarkan hutang RSUD yang sangat mendesak untuk segera dibayarkan tersebut, dan minta tetap berkoordinasi dengan inspektorat dan dan Bagian Hukum agar tidak ada aturan yang dilanggar mengingat hal ini sangat urgen untuk segera diselesaikan dengan demikian permasalahan kelangkaan obat, darah, dan oksigen dapat teratasi.
Menyikapi permintaan Pimpinan dan Anggota DPRD tersebut, H. Hamid Geroda mengatakan akan meneruskan permintaan dan harapan tersebut kepada pimpinan, semoga dalam waktu dekat ini segera ada solusi mengatasi hal itu, ***(Gzb)